TAROMBO HASIBUAN
PERTAMA-TAMA
MARI KITA MENGENAL SEJARAH MARGA KITA .
si
Raja Hasibuan adalah keturunan dari si Raja Sobu, si Raja Sobu yang hidup pada
abad XV atau sekitar tahun 1455 adalah keturunan ke V dari si Raja Batak,
ayahnya bernama Tuan Sorbadibanua yang memiliki dua orang istri yang pertama
bernama Nai Anting Malela dan memiliki anak lima orang dan istrinya yang ke dua
bernama si Boru Basopaet ( Putri Mojopahit) PUTRI Raja Majapahit adek kandung
dari Raden Widjaya dan memiliki anak tiga orang.Si Raja Sobu memiliki dua orang
anak putra yang bernama Raja Tinandang atau lebih dikenal dengan bernama Toga
Sitompul dan si Raja Hasibuan.
Bagaimana sejarah Raja Hasibuan dengan Toga Sitompul pada awal mulanya
menurut sejarah dari orang tua bahwa Boru Baso paet sewaktu melahirkan ternyata
yang dilahirkan adalah sebuah kantong janin yang menyerupai bola lalu si Raja
sobu melihat istrinya melahirkan sebuah kantong janin seperti bola maka si Raja
Sobu pun meletakkan kantong Janin tersebut di atas para-para jabu halak batak
najolo setelah beberapa minggu terdengarlah suara bayi dari atas rumah tersebut
dan si Raja Sobu langsung melihat ke para-para itu ternyata kantong janin
seperti bola tersebut adalah 2 orang bayi mungil lantas si Raja Sobu pun menamai
kedua anak tersebut dengan nama Si Raja Tinandang atau lebih dikenal Toga
Sitompul dan Raja Hasibuan .
Siapakah siabangan
menurut sejarah dikarnakan tidak diketahui siabangan antara si
Raja Hasibuan dengan Si Raja Tinandang
atau lebih dikenal Toga Sitompul maka pada saat itu setelah mereka
masing-masing menikah lalu pada suatu hari Si Raja Hasibuan datanglah kerumah
siToga Sitompul dan pada saat itu yang dididapati dirumah tersebut hanya istri
si Toga Sitompul lalu si Raja Hasibuan pun mengatakan kepada istri si Toga
Situmpul kakak agar istri si Toga Sitompul mau memberikan makan dan minum
kepada Si Raja Hasibuan maka dibuatlah perjanjian apabila siRaja Hasibuan
datang kerumah si Toga Sitompul maka si Raja Hasibuan menjadi sianggian dan
apabila Si Toga Sitompul datang kerumah Si Raja hasibuan maka Si Toga Sitompul
menjadi sianggian .
TAROMBO
Di
masa kecilnya, Toga Sitompul dan si Raja Hasibuan tinggal bersama orang tuanya
di Desa Lobu Galagala yang terletak di kaki Gunung Dolok Tolong ( Kabupaten
Toba Samosir saat ini ) dan setelah beranjak dewasa si Raja Hasibuan pergi
merantau ke Desa Sigaol - Uluan dan menetap disana yang pada akhirnya menjadi
bonapasogit marga Hasibuan, dan iapun mangalap boruni rajai boru Simatupang
dari Muara.
Anak SiRaja Hasibuan
1. Raja Marjalo tinggal
di Sigaol - Uluan dan tetap memakai marga Hasibuan, namun setelah berumah
tangga Raja Marjalo membuat atau membuka perkampungan baru yang bernama
Hariaramarjalo di Lumban Bao Sigaol saat ini, Hariara (pohon Ara) marjalo (namanya)
dan membuat pertanda dengan menanam pohon Hariara (Ara) yang sampai saat ini
masih berdiri kokoh, dan disampingnya telah dibangun Monumen si Raja Hasibuan
yang sudah diresmikan pada tahun 2002 lalu.
2. Guru mangaloksa pergi merantau
ke daerah Silindung dan menetap disana di kampung Marsaitbosi dan menikah
dengan marga boru (putri) Pasaribu. Keturunan Guru Mangaloksa telah memakai
nama/marga baru yaitu Marga Hutagalung, Marga Hutabarat, Hutatoruan dan Marga
Panggabean. Kemudian keturunan marga Hutatoruan menjadi marga Hutapea dan marga
Lumbantobing, sementara keturunan marga Panggabean ada yang memakai marga
Simorangkir dan keturunan dari Guru Mangaloksa ini dikemudian hari di kenal
dengan sebuatan " SI OPAT PUSORAN ". Menurut cerita, bahwa sebahagian
keturunan Guru Mangaloksa yang merantau ke Tapanuli Selatan Sipirok tetap
memaki marga Hasibuan, begitu juga dengan marga Hasibuan dan marga Lumbantobing
yang bermukin di Laguboti.
3. Guru Hinoban pergi merantau ke
Barus/Sibolga atau Asahan tetap memakai marga Hasibuan
4. Guru Maniti dikabarkan pergi
merantau ke daerah Aceh ( Nangro Aceh Darussalam saat ini) kemungkinan
keturunan inilah yang mengaku batak sampulu pitu (17) ? yang bermukin di
kabupaten Alas saat ini, dan hingga saat ini Parsadaan Pomparan ni Raja
Hasibuan dimanapun berada masih menanti kembalinya keturunan anak yang hilang
ini.
5. Guru Marjalang pergi
merantau ke Padang Bolak/Sibuhuon Tapanuli Selatan tetap memakai marga
Hasibuan.
Boru Si Raja Hasibuan
1. Boru Turasi marhamulion/marhuta
(kawin) dengan marga Sitorus Pane di Lumban Lobu, si Boru Tumandi
marhamulion/marhuta (kawin) ke marga Panjaitan di Sitorang, si Baru Taripar
Laut marhamulion/marhuta (kawin) dengan marga Simanjuntak di Sitandohan Balige.
2. Boru Tumandi
marhamulion/marhuta (kawin) ke marga Panjaitan di Sitorang
3. Baru Taripar Laut
marhamulion/marhuta (kawin) dengan marga Simanjuntak di Sitandohan Balige
4. Boru Sande Balige ke marga
Siahaan di Hinalang Balige.
5. Boru Patar Nauli
ke marga Siringoringo di Muara.
MONUMEN SI RAJA HASIBUAN
Pada saat itu perayaan
Monumen si Raja Hasibuan di Lumban Bao Hariaramarjalo tahun 2002 lalu semua
perwakilan dari si Raja Hasibuan dan boru hadir bersama rombongan masing -
masing, kecuali keturunan dari Guru Maniti yang tidak hadir.
Hingga saat ini, hukum
dan tatanan adat tidak memperbolehkan marga Hasibuan untuk menikah dengan
keturunan Guru Mangaloksa, walaupun berlainan marga begitu juga sebaliknya,
tetapi anehnya sesama keturunan Guru Mangaloksa yang berbeda marga boleh
dijadikan suami atau istri. Paling anehnya lagi, marga Hasibuan disebut tidak
memiliki Pogu (empedu) katanya: Hasibuan na so marpogu on ( Hasibuan yang tidak
punya Empedu ini ), rupanya waktu mudanya si Raja Hasibuan sering " Lari
Pagi " bersama kuda kesayangannya, sehingga para tetangga secara iseng
memberi julukan " na songon hoda mi do ho dang olo loja "(rupanya kamu
seperti kudamu, tidak mau letih),"katanya, atau apakah memang kuda tidak
memiliki Empedu ? atau barang kali si Raja Hasibuan dulunya adalah pekerja
keras sehingga para adeknya semua berhasil mendapat gelar GURU.
Sejarah adalah suatu
kisah masa lalu yang kemungkinan besar sulit diyakini dan dipercaya, bahwa
sesuatu yang diceritakan itu benar adanya, namun alanhgkah baiknya kita sebagai
generasi penerus sejarah meyakini dengan harapan dapat meluruskan suatu sejarah
itu untuk sama - sama memahami demi kemajuan bersama, agar generasi yang akan
datang sebagai generasi penerus dengan nilai positif untuk mengetahui asal usul
leluhur marga, misalnya marga Hasibuan.