Minggu, 13 April 2014

tarombo marga hasibuan



TAROMBO HASIBUAN 



PERTAMA-TAMA MARI KITA MENGENAL SEJARAH MARGA KITA .

si Raja Hasibuan adalah keturunan dari si Raja Sobu, si Raja Sobu yang hidup pada abad XV atau sekitar tahun 1455 adalah keturunan ke V dari si Raja Batak, ayahnya bernama Tuan Sorbadibanua yang memiliki dua orang istri yang pertama bernama Nai Anting Malela dan memiliki anak lima orang dan istrinya yang ke dua bernama si Boru Basopaet ( Putri Mojopahit) PUTRI Raja Majapahit adek kandung dari Raden Widjaya dan memiliki anak tiga orang.Si Raja Sobu memiliki dua orang anak putra yang bernama Raja Tinandang atau lebih dikenal dengan bernama Toga Sitompul dan si Raja Hasibuan. 

Bagaimana sejarah Raja Hasibuan  dengan Toga Sitompul pada awal mulanya menurut sejarah dari orang tua bahwa Boru Baso paet sewaktu melahirkan ternyata yang dilahirkan adalah sebuah kantong janin yang menyerupai bola lalu si Raja sobu melihat istrinya melahirkan sebuah kantong janin seperti bola maka si Raja Sobu pun meletakkan kantong Janin tersebut di atas para-para jabu halak batak najolo setelah beberapa minggu terdengarlah suara bayi dari atas rumah tersebut dan si Raja Sobu langsung melihat ke para-para itu ternyata kantong janin seperti bola tersebut adalah 2 orang bayi mungil lantas si Raja Sobu pun menamai kedua anak tersebut dengan nama Si Raja Tinandang atau lebih dikenal Toga Sitompul dan Raja Hasibuan .



Siapakah siabangan 
menurut sejarah dikarnakan tidak diketahui siabangan antara si Raja Hasibuan dengan Si Raja Tinandang atau lebih dikenal Toga Sitompul maka pada saat itu setelah mereka masing-masing menikah lalu pada suatu hari Si Raja Hasibuan datanglah kerumah siToga Sitompul dan pada saat itu yang dididapati dirumah tersebut hanya istri si Toga Sitompul lalu si Raja Hasibuan pun mengatakan kepada istri si Toga Situmpul kakak agar istri si Toga Sitompul mau memberikan makan dan minum kepada Si Raja Hasibuan maka dibuatlah perjanjian apabila siRaja Hasibuan datang kerumah si Toga Sitompul maka si Raja Hasibuan menjadi sianggian dan apabila Si Toga Sitompul datang kerumah Si Raja hasibuan maka Si Toga Sitompul menjadi sianggian .

TAROMBO 
Di masa kecilnya, Toga Sitompul dan si Raja Hasibuan tinggal bersama orang tuanya di Desa Lobu Galagala yang terletak di kaki Gunung Dolok Tolong ( Kabupaten Toba Samosir saat ini ) dan setelah beranjak dewasa si Raja Hasibuan pergi merantau ke Desa Sigaol - Uluan dan menetap disana yang pada akhirnya menjadi bonapasogit marga Hasibuan, dan iapun mangalap boruni rajai boru Simatupang dari Muara. 
Anak SiRaja Hasibuan 
1.  Raja Marjalo tinggal di Sigaol - Uluan dan tetap memakai marga Hasibuan, namun setelah berumah tangga Raja Marjalo membuat atau membuka perkampungan baru yang bernama Hariaramarjalo di Lumban Bao Sigaol saat ini, Hariara (pohon Ara) marjalo (namanya) dan membuat pertanda dengan menanam pohon Hariara (Ara) yang sampai saat ini masih berdiri kokoh, dan disampingnya telah dibangun Monumen si Raja Hasibuan yang sudah diresmikan pada tahun 2002 lalu.

2.   Guru mangaloksa pergi merantau ke daerah Silindung dan menetap disana di kampung Marsaitbosi dan menikah dengan marga boru (putri) Pasaribu. Keturunan Guru Mangaloksa telah memakai nama/marga baru yaitu Marga Hutagalung, Marga Hutabarat, Hutatoruan dan Marga Panggabean. Kemudian keturunan marga Hutatoruan menjadi marga Hutapea dan marga Lumbantobing, sementara keturunan marga Panggabean ada yang memakai marga Simorangkir dan keturunan dari Guru Mangaloksa ini dikemudian hari di kenal dengan sebuatan " SI OPAT PUSORAN ". Menurut cerita, bahwa sebahagian keturunan Guru Mangaloksa yang merantau ke Tapanuli Selatan Sipirok tetap memaki marga Hasibuan, begitu juga dengan marga Hasibuan dan marga Lumbantobing yang bermukin di Laguboti. 

3.   Guru Hinoban pergi merantau ke Barus/Sibolga atau Asahan tetap memakai marga Hasibuan

4.  Guru Maniti dikabarkan pergi merantau ke daerah Aceh ( Nangro Aceh Darussalam saat ini) kemungkinan keturunan inilah yang mengaku batak sampulu pitu (17) ? yang bermukin di kabupaten Alas saat ini, dan hingga saat ini Parsadaan Pomparan ni Raja Hasibuan dimanapun berada masih menanti kembalinya keturunan anak yang hilang ini.

5.     Guru Marjalang pergi merantau ke Padang Bolak/Sibuhuon Tapanuli Selatan tetap memakai marga Hasibuan.

Boru Si Raja Hasibuan 

1.     Boru Turasi marhamulion/marhuta (kawin) dengan marga Sitorus Pane di Lumban Lobu, si Boru Tumandi marhamulion/marhuta (kawin) ke marga Panjaitan di Sitorang, si Baru Taripar Laut marhamulion/marhuta (kawin) dengan marga Simanjuntak di Sitandohan Balige.

2.       Boru Tumandi marhamulion/marhuta (kawin) ke marga Panjaitan di Sitorang

3.      Baru Taripar Laut marhamulion/marhuta (kawin) dengan marga Simanjuntak di Sitandohan Balige

4.       Boru Sande Balige ke marga Siahaan di Hinalang Balige.

5.       Boru Patar Nauli ke marga Siringoringo di Muara.


MONUMEN SI RAJA HASIBUAN 

Pada saat itu perayaan Monumen si Raja Hasibuan di Lumban Bao Hariaramarjalo tahun 2002 lalu semua perwakilan dari si Raja Hasibuan dan boru hadir bersama rombongan masing - masing, kecuali keturunan dari Guru Maniti yang tidak hadir.
Hingga saat ini, hukum dan tatanan adat tidak memperbolehkan marga Hasibuan untuk menikah dengan keturunan Guru Mangaloksa, walaupun berlainan marga begitu juga sebaliknya, tetapi anehnya sesama keturunan Guru Mangaloksa yang berbeda marga boleh dijadikan suami atau istri. Paling anehnya lagi, marga Hasibuan disebut tidak memiliki Pogu (empedu) katanya: Hasibuan na so marpogu on ( Hasibuan yang tidak punya Empedu ini ), rupanya waktu mudanya si Raja Hasibuan sering " Lari Pagi " bersama kuda kesayangannya, sehingga para tetangga secara iseng memberi julukan " na songon hoda mi do ho dang olo loja "(rupanya kamu seperti kudamu, tidak mau letih),"katanya, atau apakah memang kuda tidak memiliki Empedu ? atau barang kali si Raja Hasibuan dulunya adalah pekerja keras sehingga para adeknya semua berhasil mendapat gelar GURU.
Sejarah adalah suatu kisah masa lalu yang kemungkinan besar sulit diyakini dan dipercaya, bahwa sesuatu yang diceritakan itu benar adanya, namun alanhgkah baiknya kita sebagai generasi penerus sejarah meyakini dengan harapan dapat meluruskan suatu sejarah itu untuk sama - sama memahami demi kemajuan bersama, agar generasi yang akan datang sebagai generasi penerus dengan nilai positif untuk mengetahui asal usul leluhur marga, misalnya marga Hasibuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar